Kepergian papa dan mama pagi itu, membuat kami sangat bahagia. Aku segera membuatkan minuman panas buat kami berdua.
"Yang, kamu kumur dulu, lalu minum, kemudian mandi," kataku.
Mulai hari itu jika tak ada orang aku memanggilnya sayang, seperti isi SMS tadimalam. Bang Yunus pun memangilku Beb, artinya baby. Aku senang sekali.
Aku pun berperan layaknya seorang isteri dan Bang Yunus pun berperan layaknya seorang suami bagiku. Setelah sarapan, Bang Yunus mengajakku mandi ke kamar mandi. Dia menarik tanganku untuk sama-sama mandi ke kamar mandi yang sama. Aku mengikutsaja. Di kamar mandi, Bang Yunus membuka seluruh pakaiannya, hingga budil. Diamendekatiku yang masih diam.
Bang Yunus melepas satu persatu pakaianku, sampai aku juga telanjang. Bany Yunus tersenyum, aku juga. Bang Yunus memutar kran shower dan air muncrat ke kepala kami. Kami mandi berpelukan tanpa ditutupi sehela benang pun. Kami saling menyabuni dan memanjakan. Kemudian mengeringkan tu8buh kami dengan handuk. Dengan telanjangbulat, kami menuju kamar dan memakai pakaian rumah yang santai.
Bang Yunus hanya memakai celana pendek bertelanjang dada. Aku memakai daster mini. Aku melihat Bang Yunus tidak memakai celana dalam. Aku juga, tanpa celana dalam dan Bra.
Bang Yunus menarikku ke taman belakang rumah bertembok tinggi. Di sana ada taman mini yang teduh dan indah tertata rapi. Kami duduk di sana.
Bang Yunus meminta aku naik ke pangkuannya dan memeblai-belai kepalaku. Aku memajamkan mataku menikmati belaiannya yang lembut. Bibirku dikecupnya dan lidah kmai bermain di sana.
"Pernah nonton bokep bab?" tanya-nya.
"Pernah."
"Pernah lihat adegan buah dada diisap dan vagina dijilati?"
"Pernah."
"Pernah lihat, penis dijilati dan diisap?"
"Pernah."
"Kita praktek yuk..." Bang Yunus tersenyum Aku mengangguk. Di lepasnya kancing dasterku di depan dan menyembullah buah dadaku yang ranum. Tidak seberapabesar dan pentinya juga kecil. Bang Yunusmulai menjilatinya dan mengemut-ngemut pentilku dengan lembut pula. Aku senang dan bahagia sekali. Vagiaku pun basah dan berlendir.
Bang Yunus menidurkanku di sebuah sofa panjang. Dikangkagkannya kedua pahaku dan mulai dia menjilati vagiaku. Mulanya aku sangat segan dan risih. Bangku melakukan itu padaku.
Tapi kemudian aku mengigat, kalau kami bukan sedang abang dan adik, melainkan sepasang kekasih. Jilatannya membuat aku melayang tinggike angkasa lepas. Aku menikmatinya dengan sunguh-sungguh, sampai akhirnya aku benar-benar berada pada puncak nikmatku.
Kujepit kepala bang Yunus dengan kedua kakiku sekuatnya, sampai Bang YUnus susah bernafas. Kemudian setelahj orgasmeku lepas, perlahan aku melepas jepitan kedua kakiku dan aku kelelahan. Bang Yunus membelaiku dengan kemanjaan yang diberikannya.
Setelah nafasku kembali normal Bang Yunus berbisik.
"Beb, aku masukin ya...?"
"Aku mengangguk. Kembali BangYunus membuka kangkangan kedua kakiku dan merapatkan penisnya ke lubangku. Penisnya yang tegang benar-benar berada di ujung lubang vagiaku. Bang Yunus menekannya perlahan-lahan.
Uh.. indah sekali trasanya saat ujung penis Bang Yunus menempel di ujung lubang vagiaku. Tekanan Bang Yunus di vaginaku yang berbulu beberapa lembar itu, membuatku sedikit nyeri.
"Pelan Yang, sakit," kataku. Bang Yunus berhenti menekan dan membiarkan penisnya tertekan diam. Kemudian menekannya kembali perlahan. Aku merasa nyeri sekali tapi Bang Yunus terusmenekannya sampai aku menjerit.
"Yaaanngg... sakit," kataku merengek. Bang Yunus menahan sebentar dan menjilati tetekku. Kemudian menekan kembali sampai penisnya amblas masuk semua. Guh... sakitnya bukan main dan aku menangis melelehkan airmata.
Bang Yunusmenahan sejenak. Setelah rasa nyeri dan sakitnya gak berkurang, Bang Yunus menarik penisnya dan aku merasakan gesekannyadi vaginaku nikmat. kembali Bang Yunus menakan perlahan dan menarik perlahan, hingga aku merasakan kenikmatan luar biasa,. Aku memelukya dari bawah dan menciumi lehernya.
"Enak Yang, bisikku." Kocokannya semakin lama semakin cepat dan kami sama-sama berpelukan erat. Aku merasakan mbuldaknya semburan sperma Bang Yunus dalam vaginaku. Kami terkulai. Di sofa darah menumpuk. Bang Yunus cepat membersihkannya.
"Mulai sekarang, kitabukan pacaran lagi. Tapi kita sudah suami isteri," katanya tersenyum. Aku juga tersenyum walau nyeri di vaginaku kembali terasa.
"Mulai sekarang panggil aku papi dan aku akan memanggil mami," katanya tersenyum. Aku tersenyum dan mengangguk.
Aku cepat memakai pembalut. Kami saling menjaga rahasia indah kami. Sejak itukami selalu melakukannya dengan memakai kondom. Kecuali tiga atau empat hari lagi menjelang aku haid, kami melalukannya tanpa kondom.
Mama dan Papamencium kedekatan kami. Mereka heran, kenapa kami demikian dekat dan mesra. Terkadang kami tak sadar, kami memperlihatkan kemesraan kami di hadapan mereka. Kami suka lepas kontrol.
Bang Yunus, selepas lulus SMU, dikirim ke Amrika untuk meneruskan kuliahnya. Mama dan Papa berjanji, kalau aku lulus SMU, aku juga akan dikirimkan ke Amerika untuk kuliah. Aku sedih sekalui ketika berpisah dengan Bang Yunus.
AKu menangis sesengukan, membuat papa dan mama bertambah heran, sepertinya aku melepas seorang kekasih. Bang Ynus juga memelukku kuat dan erat sembari mengelus-elus bahuku dan menangis. Dia membisikkan sebuah kata:" JIka kamu lulus, kamu harus menyusulku, dan kita akan menikah di Amerika."
Aku mengangguk setuju dan berharap aku cepat ujian akhir. Sebelumnya aku terus menyimpan uang dan berhemat. Bila mama dan papa tidak mengijinkan aku ke Amerika, aku akan lari menemui Bang Yunus ke Amerika.
TAMAT